FOKUSKATANEWS.COM,JAKARTA- PT Vale Indonesia Tbk (“PT Vale” atau “Perseroan”, IDX Ticker: INCO) dan entitas anaknya ( bersama-sama “Grup”) mengumumkan pencapaian kinerja keuangan yang tidak diaudit untuk triwulan ketiga tahun 2022 (“3T22”).
CEO dan Presiden Direktur
Perseroan Febriany Eddy,
mencatat produksi sebesar 17.513 metrik ton (“t”) nikel dalam matte, dan penjualan sebesar AS$309,2 juta pada triwulan tersebut.
“Saya senang melaporkan triwulan ketiga tahun 2022 yang menguntungkan tanpa kecelakaan Lost Time Injury dan tidak ada cedera yang dicatat,” kata Febriany Eddy, kamis (27/10/2022).
Ia menjelaskan rata-rata realisasi harga nikel pada 9M22 adalah 41% lebih tinggi secara year-on-year, mendorong Pendapatan 27% lebih tinggi pada 9M22, dibandingkan dengan 9M21. Namun, karena volatilitas di pasar, pihaknya tetap berhati-hati fluktuasi harga nikel disisa tahun ini. Beban Pokok Pendapatan Grup meningkat dari AS$213,9 juta pada 2T22 menjadi AS$258,4 juta pada 3T22, terutama didorong oleh biaya energi dan royalti yang lebih tinggi.
“Konsumsi dan harga rata-rata High Sulphur Fuel Oil (“HSFO”), diesel serta batubara PT Vale disajikan pada tabel berikut yakni, T22. 2T22. 9M22. 9M21.
Volume HSFO (barel)
435.206, 223.739, 880.724, 958.815.
Harga rata-rata HSFO perbarel
AS$98,82. AS$88,12. AS$89,61. AS$56,43
Volume diesel (kiloliter)
15.585, 14.424, 44.796
50.588.
Harga rata-rata diesel per liter
AS$0,98, AS$0,82
AS$0,83, AS$0,48.
Volume batubara (t)
79.450, 79.162, 250.405
278.835.
Harga rata-rata batu bara pert
AS$440,79. AS$386,39 AS$356,9. AS$136,2,”jelasnya
Menurutnya harga batubara disajikan dalam basis DMT (Dry Metric Ton) dan CFR (Cost & Freight)
Bila dibandingkan dengan 2T22, penggunaan batubara per metrik ton nikel dalam matte turun sebesar 28%. Penurunan konsumsi batubara ini diimbangi dengan penggunaan HSFO 40% lebih tinggi permetrikton nikel dalam matte pada periode yang sama.
“Menyikapi kenaikan harga batubara yang cukup tajam, setelah melakukan analisis yang cermat, Perseroan memutuskan sumber energi untuk burner dari batubara ke HSFO pada September 2022. Dengan begitu,Perseroan diharapkan dapat mengeluarkan biaya energi yang lebih rendah dibandingkan jika menggunakan batubara. Selama periode tersebut, baik harga HSFO, diesel maupun batubara masing-masing naik sebesar 12%, 20% dan 14%,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia EBITDA PT Vale pada 3T22 adalah AS$103,0 juta, 37% lebih rendah dibandingkan EBITDA pada 2T22 sebesar AS$163,4 juta disebabkan oleh realisasi harga nikel yang lebih rendah. Kas dan Setara Kas Perseroan pada 30 September 2022 adalah AS$624,3 juta; 7% lebih tinggi dibandingkan Kasdan Setara Kaspada 30Juni 2022 sebesar AS$585,9 juta. PT Vale mengeluarkan belanja modal sekitar AS$29,9 juta pada triwulan ini, turun dari AS$35,9 juta pada 2T22.
“Kami memperkirakan akan menghabiskan AS$130 juta untuk sepanjang tahun 2022.
Proyeksi produksi untuk tahun 2022 telah direvisi menjadi kisaran 61.000 t – 62.000 t, lebih rendah dari yang kami targetkan sebelumnya, terutama karena keterlambatan penyelesaian proyek Furnace 4 Rebuild,”kata Febriany
Ia menambahkan perseroan akan berupaya mengoptimalkan produksi pada triwulan terakhir tahun ini sekaligus meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasional.
“Dalam melakukannya, kami tidak akan mengkompromikan nilai-nilai utama kami: Keselamatan jiwa merupakan hal terpenting, Menghargai kelestarian bumi dan komunitas kita,”ungkap Febriany Eddy.
Diketahui PT Vale baru-baru ini menerima beberapa penghargaan dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral pada September 2022: Satu Penghargaan Best of the Best untuk Pengelolaan Lingkungan dan tiga Penghargaan Aditama masuntuk Manajemen Teknik Pertambangan, Pengelolaan Lingkungan Pertambangan, dan Konservasi Mineral. Penghargaan-penghargaan tersebut merupakan pengakuan prestisius dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral kepada perusahaan-perusahaan yang menunjukkan komitmen kuat dalam menerapkan praktik pertambangan yang baik dan praktik terbaik dalam pengelolaan lingkungan.**(fito).
Komentar