FOKUSKATANEWS.COM.KOLAKA- PT Vale Indonesia Tbk melalui Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa telah meluncurkan program pertanian organik yang membawa harapan baru bagi para petani di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Program ini telah membantu meningkatkan hasil panen dan kualitas produksi petani, sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup.
Petani binaan PT Vale di Desa pubunga, Kabupaten Kolaka, telah mengalami peningkatan hasil panen yang signifikan berkat program pertanian organik.
Program ini juga merupakan bagian dari upaya PT Vale untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan.
Salah seorang petani yang lahir dari keluarga petani, Watno tak asing dengan lumpur sawah. Namun, ia sempat meninggalkan profesi itu sebelum akhirnya kembali dengan tekad baru: menggarap lahan secara organik. Peralihan ini bukan perkara mudah.
“Harga pupuk organik memang lebih mahal dibandingkan pupuk non-organik. Kalau pupuk kimia sekitar Rp18.000 per kilo, pupuk organik bisa jauh di atas itu,” katanya.Selasa (24/7/2025).
Petani seperti Watno telah merasakan manfaat langsung dari program pertanian organik PT Vale. Mereka telah mengalami peningkatan hasil panen dan kualitas produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup.
“Dengan demikian, program pertanian organik PT Vale telah membawa harapan baru bagi para petani di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Program ini tidak hanya meningkatkan hasil panen dan kualitas produksi, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan,”ungkap Watno
Meski demikian, Watno melihat keuntungan yang tak sekadar soal harga. Dengan sistem organik, ia bisa memanen dua kali dalam setahun, meskipun masa panen tidak selalu serentak seperti metode konvensional. “Kalau dirata-rata, setahun tetap bisa panen dua kali di daerah ini,” ujarnya sambil tersenyum.
Perjalanan Watno menuju pertanian organik dipermudah berkat pendampingan PT Vale. Program yang dijalankan di empat kecamatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga pendampingan rutin di lapangan.
“Mereka ajarkan dari awal, mulai dari mengenal bahan, membuatnya, sampai proses tanam. Kami cek sawah seminggu sekali. Itu sangat membantu,” tuturnya.
Namun, tantangan tetap ada. Hama menjadi musuh utama, diikuti sulitnya memperoleh pupuk organik dalam jumlah cukup. Untuk itu, Watno dan rekan-rekan petani menggunakan metode keseimbangan alam, memanfaatkan interaksi alami antarorganisme agar hama dapat dikendalikan tanpa bahan kimia berbahaya.
Bagi Watno, masa depan pertanian organik bergantung pada dukungan berkelanjutan. Ia berharap pendampingan dari PT Vale terus berlanjut dan dilengkapi teknologi yang mempermudah proses bercocok tanam.
“Kalau pertanian organik dibuat lebih modern, tidak sulit, hasilnya pasti bisa bersaing di pasar luas,” ujarnya penuh keyakinan.
Sore itu, matahari mulai condong ke barat. Watno masih berdiri di pematang sawah, menatap padi yang bergoyang ditiup angin. Baginya, setiap musim tanam adalah kesempatan untuk menanam bukan hanya padi, tetapi juga harapan—bagi keluarganya, bagi tanah kelahirannya, dan bagi masa depan pertanian yang lebih lestari.(***)










Komentar